Hari-hari berlalu tak tentu arah, melakukan ini dan itu, tak bisa dinikmati, orang menduga senang, nyatanya kita tak sedang senang, kita hidupkan badan, namun tidak dengan hati.
Hati kita hilang, padahal kita punya banyak hal, hati kita kotor, padahal kulit kita bersih, hati kita jatuh, hilang, entah dimana ia jatuh, kita tak ingin menjadi manusia yang kehilangan hati.
syariat islam datang membawa nilai, dan nilai itu berpengaruh pada hati. Hati yang tak berdzikir saat lisannya berdzikir, hati itu sedang lalai, walaupun lisannya letih.
Do’a yang dilirihkan di lisan, bila tak diiringi permintaan dari hati, tak akan mendatangkan ketenangan, kecil pula kemungkinannya untuk diijabah.
Sholat, bila hatinya tak sholat, berat baginya untuk berdiri lama, percayalah, hati adalah pemimpin anggota tubuh dan mengambil peran paling penting dalam segala kebaikan,
Syariat islam ini berat, namun orang-orang beriman dimudahkan melakukannya sebab hati orang-orang beriman, diajarkan oleh islam untuk senantiasa hadir, hati mereka harus tertuju pada hal yang menembus kehidupan, menembus pula kematian,
Hati orang-orang beriman, harus cukup untuk tertuju pada Allah. Bervisi akhirat, negeri kekal yang tak mungkin seorangpun tak melewatinya.
Hatiku Jatuh Dimana ?; mengapa semuanya serba kering ?
Hingga suatu hari kutemukan hatiku, ia kutemukan disudut malam. Disana aku menemukannya, harus dengan bersentuhan dengan air yang dingin, harus meminggirkan Kasur, harus ini dan itu, sulit memang, namun begitulah, yang penting hatiku kembali kudapati, kembali kuhidupkan. Yang penting aku masih punya hati yang hidup.
Diriku akhirnya bahagia, kini hidupku indah sekali, hatiku kini kutemukan, aku bertakbir karenanya, sebagaimana aku menangis karena kehilangannya, sedapnya malam, menjadikan hatiku hidup lagi, setelah sekian lama ia jatuh karena teramat penuh dengan kotoran, teramat hitam karena coretan dosa. Semoga saja ia kembali bersih dari kotor, berangsur-angsur putih setelah sebelumnya hitam.
Selamat datang kembali duhai hatiku, semoga Allah tetapkan engkau seperti ini saja, selalu, hingga Allah panggil engkau menghadapNya.. dan engkau masuk dalam golongan “Qalbun Saliim” hati yang selamat, dan kau bawa diriku, menghadap tuhan..
semoga aku selamat,, sebagaimana kuajari kau duhai hatiku agar menjadi hati yang selamat…
ya, hatiku pernah jatuh, namun kini kutemukan, dan sedang kuajari ia untuk tumbuh, hingga Allah menamainya “Qalbun Saliim”…
0 komentar:
Posting Komentar